Sunday, 31 May 2009

Sekilas Dibalik Proses Kreatif Para Desainer Sampul Buku




Dalam dunia penerbitan orang yang bertanggung jawab dalam mendesain sampul buku adalah para desainer sampul buku. Para desainer inilah yang menjadikan buku menarik secara visual sehingga mampu membuat mata para pembeli melirik lalu membeli buku tersebut. Walau untuk beberapa orang masih menganggap bahwa isi bukulah yang penting dibanding sampulnya. Tapi mengingat pada saat ini adalah era " You Can Judge Book By It Cover" dan di toko buku sendiri terdapat ribuan buku yang dipajang mau tidak mau penerbit harus berpikir kreatif agar produknya lebih "terlihat" diantara produk buku yang lain melalui tampilan sampul buku/cover yang menarik .

Para desainer sampul-lah yang berada dibalik pembuatan sampul buku ini. Tugas
para desainer sampul tidak jauh beda seperti desainer yang mendesain baju atau mendesain kemasan produk kecantikan hanya beda di medianya saja yaitu buku. Bagi seorang pelukis misalnya kanvas adalah media untuk mencurahkan segala cipta, rasa dan karsa sedangkan bagi para desainer sampul buku, media buku adalah kanvas mereka. Kinipun dengan kemajuan teknologi digital telah banyak desainer sampul modern berhasil memperindah ilustrasi lukisan bukunya dengan tambahan sentuhan digital.
Jelaslah bahwa persyaratan menjadi seorang desainer sampul buku tidak cukup hanya menguasai teknik desain dengan komputer tapi juga harus bisa menggambar secara manual serta mau bereksperimen dengan banyak media supaya bisa menghasilkan suatu inovasi bernilai seni tinggi. Dan seorang desainer dibidang apapun ia harus mempunyai sense of art dan kepekaan akan perubahan disekitarnya. Untuk itu seorang desainer haruslah banyak membaca buku, tidak hanya buku-buku desain saja tapi juga buku-buku politik, buku-buku religi sampai buku-buku sastra. Terakhir, seorang desainer haruslah berpikiran terbuka dan bila ada karya desainer lain yang lebih bagus ia mau mengakui kelebihan karya orang lain tersebut.
Pada umumnya pendidikan para pendesain sampul buku adalah lulusan SMT Grafika atau lulusan sekolah desain grafis. Karena biasanya lewat jalur pendidikan ini para calon desainer diberi pengetahuan tentang tipografi, kualitas ilustrasi, kualitas foto, komposisi dan proses cetak.
Salah satu desainer sampul buku yang cukup terkenal di Indonesia adalah Rully Susanto yang sekarang bekerja untuk Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). Sampai saat ini Rully Susanto sudah mendesain lebih dari 200 sampul buku dalam waktu 9 tahun bekerja. Jika kita memperhatikan desain sampul yang ia buat selama ini memang selalu berbeda. Dalam sebuah artikel di MataBaca edisi November 2005 lalu, Rully Susanto mengatakan bahwa ia adalah tipe pembosan dan karena itulah setiap desain sampul yang ia buat sama sekali tidak ada benang merahnya.
Proses yang ia lakukan dalam membuat sampul buku terbilang cukup unik karena ia menyertakan eksperimen ajaib dalam proses kreatifnya. Contohnya saja saat ia mengerjakan sampul buku berjudul “Gempa Waktu” karya Kurt Vonnegut dengan inovasi gambar lilin yang kemudian dipindahkan dalam fotografi. Lalu tidak kalah jeniusnya saat ia mengerjakan desain sampul untuk novel Remy Sylado berjudul “Kerudung Merah Kirmizi” dimana ia mengerudungkan bola kaca lampu dengan kerudung merah. Selanjutnya berkat sentuhan komputer hasil akhir sampul buku tersebut terlihat sangat fantastis.Sampul buku lainnya yang dia kerjakan adalah sampul buku kumpulan puisi Joko Pinurbo berjudul “Telepon Genggam”. Desain sampul buku yang ia buat sangat minimalis dengan warna dominan hitam ditambah dengan ilustrasi tangan yang memegang handphone.
Perancang desain sampul lainnya adalah Muhammad Taufik atau biasa dipanggil EmTe. EmTe telah membuat berbagai desain sampul untuk buku terbitan Gramedia dan salah satunya adalah novel karya Clara Ng berjudul “Dimsum Terakhir”. Berkat keahliannya banyak pihak memberikan pujian pada keindahan sampul novel “Dimsum Terakhir”. Desain sampul yang ia buat sangat mewakili isi novel tersebut yang mengisahkan tentang kehidupan empat wanita bersaudara keturunan Tionghoa di Jakarta. Pada sampul novel tersebut EmTe memberi latar warna merah beserta gambar naga simbol khas budaya etnis Tionghoa.
Dua desainer sampul buku ini mengakui bahwa unsur isi buku turut pula terlibat dalam proses kreatif yang dilalui oleh seorang desainer sampul buku. Untuk memenuhi hal ini para desainer sebelumnya berkonsultasi terlebih dahulu dengan si penulis buku tentang isi buku tersebut. Setelah itu desainer bisa mulai menambahkan kreasinya dan banyak melakukan ekplorasi. Proses selanjutnya adalah pengerjaan dengan program desain di komputer yang membutuhkan ketekunan dan ketelitian. Para desainer sampul buku juga dituntut untuk jeli dalam memadukan keserasian tata letak serta keserasian warna demi menghasilkan sampul buku yang diinginkan.

1 comment:

  1. bagus....salam kenal, saya kebetulan juga desainer cover buku.

    ReplyDelete