Menjadi mahasiswa adalah fase penting bagi seorang intelektual terdidik untuk berpikir kritis dan analitis. Sayang sekali jika fase berharga ini dilewati biasa-biasa saja tanpa ada rekam jejak dalam tulisan ilmiah yang mencerahkan. Seorang mahasiswa diharapkan tidak hanya meninggal jejak pemikiran analitis mereka dalam tugas akhir saja tapi juga melalui karya-karya tulis lainnya. Salah satunya adalah dengan menulis Opini di media cetak seperti Koran. Koran merupakan media rakyat yang dibaca banyak kalangan mulai dari tukang ojek sampai pemilik pabrik. Isu-isu terbaru yang terjadi di dunia internasional maupun nasional tersampaikan dengan cepat ke banyak kalangan.
Telah lama Koran memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk berbicara banyak mengenai suatu permasalahan yg muncul dari sudut pandang mahasiswa. Di masa peralihan orde lama ke orde baru kita pasti mengenal sosok Soe Hok Gie, mahasiswa yang begitu lantang mengkritisi pemerintahan saat itu di Koran. Saat inipun media cetak terkenal seperti Kompas juga masih memberikan ruang bagi mahasiswa untuk menulis di Koran Kompas Kampus yang hadir setiap Selasa. Media cetak lainnya adalah Koran Seputar Indonesia (Sindo) yang juga memberikan porsi khusus untuk mahasiswa beropini. Sekarang yang jadi pertanyaan adalah “Masih berminatkah mahasiswa menulis Opini di Koran ditengah serbuan teknologi digital ?”
Minat Membaca dan Menulis Mahasiswa di Era Digital
Internet sebagai bagian Era Digital telah menjelma menjadi perpustakaan besar tanpa batas. Sebagian besar mahasiswa berpikir tak perlu repot lagi mencari bahan tugas kuliah di perpustakaan karena dengan koneksi internet bahan-bahan yang mereka cari bisa segera didapat. Namun kemudahan ini melahirkan budaya malas membaca lebih dalam suatu sumber pustaka. Padahal jika kita membaca buku maka kita akan mendapatkan gambaran utuh suatu pemikiran para ahli. Sedangkan jika hanya mengandalkan sumber-sumber di internet bisa jadi kita melewatkan esensi penting dari topik yang kita cari.
Lalu bagaimana dengan kemampuan menulis mahasiswa di era digital ini? Dengan menjamurnya social networking di internet seperti facebook,twitter dan blog akan sangat mungkin semakin banyak mahasiswa giat menulis. Namun kebanyakan tulisan mereka sekadar “Just for fun”. Belum begitu banyak mahasiswa yang sepenuhnya tertarik untuk menulis Opini di Koran. Padahal kalau kita menengok kedalam kelas-kelas di kampus kita akan menemukan banyak mahasiswa yang begitu kritis ketika diskusi kelas dan presentasi kelompok berlangsung. Sayang rasanya jika mahasiswa yang aktif dan partisipatif ini tidak menuliskan gagasan dan pemikiran mereka dalam bentuk tulisan.
Bangsa ini memang lebih dikenal dengan budaya lisannya daripada budaya menulisnya sehingga jangan aneh kalau mahasiswa Indonesia belum sepenuhnya mampu menulis dengan baik. Ini ditunjukkan dengan jumlah publikasi jurnah ilmiah di Indonesia yg dinilai masih sangat rendah yaitu berada di peringkat 92 dibawah Malaysia, Nigeria dan Thailand (Alwasilah,2000). Seharusnya kita segera mengubah pandangan tadi karena sudah saatnya mahasiswa Indonesia menajamkan pemikiran dan penanya agar bangsa Indonesia mampu bersaing secara cerdas era digital ini dengan negara lainnya.
Ketika Semangat Menulis Opini Muncul
Apa yang kemudian bisa kita lakukan jika kita sadar kita tidak terampil menulis tetapi ingin banyak orang mengetahui pemikiran kita melalui kolom Opini? Berikut langkah-langkah yang bisa kita ambil:
- Carilah seseorang yang bisa dijadikan mentor menulis. Misalnya jika kita memiliki teman di Fakultas Komunikasi yang mengambil mata kuliah terkait Jurnalistik Media maka akan sangat membantu kita dalam membuat Opini dengan bahasa jurnalistik khas Koran.
- Daftarkan diri dalam workshop/kelas menulis yang biasanya diselenggarakan oleh beberapa lembaga kepenulisan atau bahkan dari media cetak itu sendiri.
- Pertajam tulisan dengan banyak membaca ragam Opini di Koran dan membaca sumber pustaka terkait masalah yang ingin kita tuliskan.
- Jangan pernah bosan untuk menulis karena untuk menghasilkan tulisan yang dalam dan menggugah pemikiran orang tidak bisa didapat hanya dengan menulis satu dua kali saja.
- Terbukalah pada kritik dan saran dari orang lain untuk memperkaya gaya penulisan kita.
“Ikatlah Ilmu dengan Tulisan”
Imam Ali pernah meriwayatkan “Ikatlah Ilmu dengan Tulisan”. Dari pernyataan ini kita belajar betapa mubazirnya jika ilmu yang kita miliki menguap begitu saja tanpa pernah kita bagikan dalam bentuk tulisan. Jadi mulai sekarang mari kita kembali belajar menulis secara benar sesuai kaidah-kaidah bahasa Jurnalistik agar Opini kita bisa menembus media cetak. Tidak hanya itu dengan menulis Opini mahasiswa diharapkan juga dapat memberikan solusi yang konstruktif, kreatif dan inspiratif sehingga dapat membuka pikiran dan menggerakkan banyak orang untuk menjadi lebih bijak memandang permasalahan. (Sumber foto:Corbis.com)
Sumber referensi:
file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS.../maka_menulis.pdf
file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS.../maka_menulis.pdf
mantap, ka fita.
ReplyDeletemampir mba ^_^
ReplyDeletekeren opininya :)